Sabtu, 12 Agustus 2017

Facebook-Medsos = Portofolio Hidup?

Bismillah,

Kemaren saya mengikuti Parenthood Education Series. Di Sekolah tempat saya mengajar kegiatan ini wajib diikuti untuk semua orangtua murid. Pemateri pada hari itu adalah Ustad Ferous. Ustad Ferous membahas tentang Kurikulum dengan Fitrah anak yang harus bejalan beriringan (nanti Di bahas di Next Blog Yah).

Yang menarik sekali dari materi kemarin adalah tentang Portofolio anak. Dimana di masa depan nanti ijazah menjadi tidak penting karena dunia kerja akan lebih mementingkan pengalaman dan akan menerima seseorang yang sudah jelas kemampuannya melalui portofolio yang ia punya.

Portofolio anak ini berisi tentang apa saja yang sudah ia pelajari di rumah maupun di sekolah. Apa yang menjadi keunggulannya. Apa yang menjeadi kelemahannya. Di bidang apakah dia berbakat, prestasi apa saja yang telah ia dapatkan.

Tapi kali ini saya tidak membahas portofolio anak. Saya membahas portofolio hidup. Pagi ini saya melihat seseorang di Facebook yang statusnya penuh manfaat mengingatkan saya pada Portofolio. Bukankah Profil Facebook kita juga merupakan Portofolio kita yang bebas bisa dilihat siapa saja? Bagaimana dengan medsos yang lain? Bukankah semua itu juga portofolia hidup kita?

Apa yang kita lakukan setiap hari, apa yang kita rasakan, apa yang kita pikirkan? Tempat mana saja yang sudah kita kunjungi? Buku apa yang sudah kita baca?  Pengalaman apa yang telah kita dapatkan?

Saya jadi berpikir, jika status orang tersebut baik dan bermanfaat tentunya hidupnya dapat dikatakan baik. Bagaimana dengan yang hobinya ngoceh, ngedumel, galau, dan marah2 di Facebook?

Atau mungkin di Instagram. Kita pasti bisa menilai orang yang gemar memposting tempat2 indah di berbagai penjuru dunia berarti suka traveling. Atau mungkin orang yang gemar membaca buku akan sering memposting foto halaman dari buku yang ia baca. Atau ada juga orang yang menggunakan media sosial juga untuk mencari nafkah bahkan menggibahi orang.

Terlepas dari semua itu, seseorang bisa dinilai secara sekilas dari apa yang dia posting di media sosial. Dari portofolio hidupnya yang bebas dibaca siapa saja. Orang yang pendiam di dunia nyata bisa saja terlihat asyik dan ramai di media sosial. Begitupun sebaliknya.

Portofolio hidup kita itu, dibagikan luas ke khalayak. Atau bahasa kerennya Netizen. Bebas dilihat siapa saja. Bebas dinilai siapa saja. Itu resikonya. Orang yang menggunakan media sosial harus rela dinilai oleh orang banyak, di komentari oleh mereka yang tidak anda kenal, di puji oleh siapa saja, atau bahkan dihujat oleh khalayak ramai. Dalam artian, portofolio kita di media sosial akan dihakimi oleh semua orang yang melihatnya.

Terlepas dari itu semua ada satu pertanyaan di hati kecil saya. Sadarkah mereka portofolio hidup mereka di media sosial itu juga akan di hisab? Akan dipertanggungkawabkan?

Apa yang kita tulis, apa yang kita baca, apa yang kita bagikan ke orang lain. Akan dimintai pertanggung jawabannya. Esensi waktu yang dilalui. Fasilitas yang digunakan. Apakah untuk hal yang bermanfaat. Apakah untuk hal yang baik. Atau malah sebaliknya untuk menebar berita bohong, atau menyebar kebencian

Ingatkah kita?

Sebelum kita:
√ memberikan comment,
√ memposting sebuah gambar atau meng-upload sebuah video,
√ men-share sebuah artikel atau men-copy paste,

maka perlu dicamkan bahwa:

√ setiap yang kita tulis,
√ gambar yang kita posting,
√ video yang kita upload,
semua akan dihisab oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Semuanya tanpa terkecuali.

Huruf-hurufnya akan dihisab oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

_"Dan apapun yang meluncur dari lisan manusia (apapun yang anda katakan dan diqiaskan apapun yang anda tuliskan di sosmed tersebut) akan dicatat oleh malaikat Raqib dan Atid."_

(QS Qāf: 18)

⇛ Semuanya akan dicatat dan akan dihisab oleh Allah.

Allah akan tanya semua artikel yang kita tulis, artikel yang kita copy paste, yang kita share, yang kita berikan pada pihak lain. Kalau kita comment, comment kita akan dihisab oleh Allah

Dan semuanya akan tercatat rapi dibuku para malaikat

Bukankah Allāh berfirman dalam surat Al Infithār ayat 12:

يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ
_"Para malaikat-malaikat itu tahu apa yang kamu ucapkan."_

√ Tahu apa yang kita posting.
√ Tahu apa yang kita upload.
√ Tahu apa yang kita sampaikan kepada orang lain.

Walaupun mungkin tidak pakai nama kita, tapi malaikat tahu kita pakai nama samaran. Lalu kita serang orang, kita jelek-jelekan, kita buat rusuh, para malaikat tahu.

Maka camkan baik-baik, pikirkan matang-matang Makanya Imām Nawawi mengatakan

"Jangan comment  kecuali kita tahu ini bermanfaat bagi kita."

Kalau kita ragu, diam!

Nabi mengatakan:

مَنْ صَمَتَ نَجَا
"Barang siapa yang diam, dia akan selamat"

(HR Tirmidzi nomor 2425 versi maktabatu Al Ma'arif nomor 2501)

Apalagi ini zaman fitnah. Semakin banyak comment semakin banyak hisab kita pada hari kiamat.

Semakin banyak kita aktif, apalagi tidak ada manfaatnya sama sekali, akan semakin banyak pertanyaan-pertanyaan Allāh kepada kita

Ada yang punya Facebook, semakin banyak follower tanggung jawab kita semakin besar dihadapkan Allāh. Semua dihisab

Ada orang punya follower di Twitter misalnya 500 ribu  orang atau 2 juta orang, begitu dia menyampaikan yang salah dan itu diimani/diyakini atau diterima oleh 2 juta, semuanya akan menyalahkan dia pada hari kiamat kelak.

Semua akan dihisab oleh Alloh

Saya menulis ini bukan karena saya sudah bermanfaat. Bukan. Tapi hanya sebagai pengingat diri sendiri dan alhamdulillah jika mengingatkan kamu yang membaca juga.

Wallohualam bissowab.

*hadits didapat dari kajian tematik "adab bermedsos lupa kapannya.. Hehehe



0 komentar:

Posting Komentar

 

Erna Cahaya Template by Ipietoon Cute Blog Design