Kamis, 21 Juli 2011

RENDRA In My Memoriam

Seringkali aku berkata,
Ketika semua orang memuji milikku
Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya:
Mengapa Dia menitipkan padaku ?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku ?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu ?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku ?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
Kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja untuk melukiskan kalau itu adalah derita
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku
Aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas, dan
kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,
seolah semua “derita” adalah hukuman bagiku
Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika:
Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas “perlakuan baikku”,
Dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku
Gusti,
Padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanya untuk beribadah.
“Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja”

*****************************




Tentang WS Rendra

Penyair Rendra yang mangkat pada Kamis (6/8) malam ini memiliki nama asli Willibrordus Surendra Broto Rendra. Ia dilahirkan di Solo, Jawa Tengah, pada 7 November 1935. Rendra kerap dijuluki sebagai “Burung Merak”.
Pada 1967, Rendra mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta pada 1967 dan juga Bengkel Teater Rendra di Depok. Ia merupakan anak dari pasangan R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu Catharina Ismadillah.
Ayahnya adalah seorang guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa di sebuah sekolah Katolik, Solo, di samping sebagai dramawan tradisional. Ibunya adalah penari serimpi di keraton Surakarta. Di kota kelahirannya itulah ia menghabiskan masa kecil hingga remaja.
Sastrawan dan penyair W.S Rendra meninggal dunia malam ini sekitar pukul 22/15 WIB di Depok, Jawa Barat. Menurut petugas di bagian informasi Rumah Sakit Mitra Keluarga Depok yang dihubungi, Rendra dibawa masuk ke unit gawat darurat Rumah Sakit Mitra sekitar pukul 21.00 WIB. Saat itu kondisi Rendra sudah sangat pucat.

Walapun telah tiada.... karyanya tetap hidup di hati ita semua ^_^

0 komentar:

Posting Komentar

 

Erna Cahaya Template by Ipietoon Cute Blog Design