Sabtu, 24 Desember 2016

Gunung Salak - Kawah Ratu - Puncak Halimun

Jingga Teacher Recognition
21-23 Desember 2016
Kawah Ratu – Gunung Salak – Bogor

Jingga Recognition merupakan acara yang diadakan oleh Sekolah alam Jingga Life School sebagai momen Refleksi para fasilitator selama setahun. Recognition ini diadakan dari tanggal 21 Desember sampai tanggal 23 Desember 2016. Recognition diadakan di Kawah Ratu House (Camping Ground) Gunung Salak –Halimun Bogor. Acara Recognition ini diselenggarakan dalam bentuk Camping  selama tiga hari dua malam dengan agenda utama Tracking ke Kawah Ratu.

Sebelum Recognition dimulai, para fasilitator terlebih dahulu dibagi menjadi beberapa kelompok. Kelompok-kelompok ini kemudian diberi pengarahan mengenai perbekalan dan perlengkapan yang harus disiapkan oleh masing-masing kelompok. Masing-masing kelompok kemudian berdiskusi untuk melengkapi peralatan yang harus mereka bawa, serta  merencanakan itenary perjalanan menuju lokasi Recognition sebelum dan sesudah kegiatan. Butuh waktu seminggu untuk mempersiapkan segalanya. Ada yang melengkapi peralatan mereka dengan meminjam, menyewa, membeli, ada juga yang memang milik pribadi.

Perjalanan menuju kegiatan Recognition dimulai dengan berkumpul di meeting point  Stasiun Bekasi  pukul 04.30 wib.  Kami semua berangkat menuju Bogor dengan menggunakan kereta pertama dari Bekasi yang berangkat pukul 05.10 WIB. Pada awalnya ada beberapa anggota kelompok yang terlambat. Ada yang memutuskan untuk menunggu anggota kelompok mereka, ada yang memutuskan untuk berpisah jalan dan bertemu di stasiun Bogor. Kelompok kami memilih untuk berpisah sementara di Stasiun Bekasi dan akan berkumpul kembali di Stasiun Bogor. Hal ini dikarenakan ada anggota kelompok kami yang terlambat. Kami membagi diri menjadi dua kelompok. Kelompok pertama akan berangkat lebih dulu dan kelompok berikutnya akan menyusul. Hal ini diputuskan dengan pertimbangan kereta dengan jadwal keberangkatan semakin siang akan sangat padat karena kami melakukan perjalanan di hari kerja.  Mengingat barang bawaan yang sangat banyak akan sulit jika kami berada di dalam kereta yang penuh. Anggota kelompok yang membawa peralatan kelompok (tenda, terpal, dll) akhirnya berangkat lebih dulu.

Sesampainya di Stasiun Bogor, kami singgah di Mushola Stasiun untuk melaksanakan shalat dhuha sekaligus menunggu anggota kelompok lainnya. Kurang lebih tiga puluh menit kemudian mereka tiba dan kami memulai perjalanan ke tempat Recognition. Kami memilih menggunakan Grab Car dengan alasan lebih simple, murah, dan hemat biaya. Tetapi ternyata kami mendapat supir yang kurang profesional. Setelah beberapa menit perjalanan supir tersebut mengatakan ia tidak mau mengantar kami sampai tempat tujuan dengan alasan tempat terlalu jauh dan lain sebagainya. Ia mengaku tahu daerah tujuan dan menyebutkan bahwa daerah tujuan rawan begal. Alasan sebenarnya adalah karena supir tersebut tidak ingin rugi mengingat tujuan kami memang lumayan jauh. Saya sempat emosi tetapi memutuskan untuk diam. Supir tersebut berniat menurunkan kami di daerah Cibatok. Logikanya, setiap supir Grab Car selalu tau kemana tujuan konsumen sebelum memutuskan mengantar. Jika ia tidak berkenan untuk mengantar ia bisa mengcancel order tersebut sehingga kami bisa mencari supir yang lain. Pengalaman perjalanan sebelumnya dengan kondisi jalan yang lumayan ekstrim pun banyak supir yang mau mengantar kami. Jadi kami pasti bisa mendapatkan supir lain yang mau mengantar. Kami lumayan kesal pada supir ini. Setelah berdiskusi dengan kelompok kami, kami memutuskan untuk mengalah dan turun di Cibatok lalu mencarter angkot untuk sampai ke tempat tujuan. Kami hanya membayar separuh harga dari harga yang tertera.

Setelah naik angkot pun, angkot kami sempat tidak bisa naik dan berhenti di tengah jalan. Medan yang kami lalui memang lumayan tinggi. Kami sempat turun dan berjalan  sebentar agar angkot yang kami naiki dapat melanjutkan perjalanan. Sekitar pukul 10.50 WIB kami sampai di gerbang belakang camping ground (bukan gerbang utama). Rupanya kami harus sedikit berjalan menanjak ke arena Camping. Mengingat kami bukanlah pendaki berpengalaman, berjalan mendaki dengan beban berat lumayan menguras tenaga. Tapi kami bekerja sama, saling menyemangati, sampai kami semua tiba di arena camping.

Tepat pukul 11:18 WIB kami sampai dan sudah ada panitia yang berada di sana. Tapi rupanya belum ada kelompok lain. Belakangan kami tahu, ada satu kelompok yang sudah sampai lebih dulu tapi menunggu di gerbang utama. Rupanya salah satu anggota kelompok ini ada yang pingsan saat di perjalanan. Sambil menunggu anggota kelompok yang lain, kami beristirahat, makan siang dengan bekal yang kami bawa, dan solat Zuhur saat azan berkumandang.

Sekitar pukul 13.00 WIB kelompok lain datang bersama dengan kelompok yang sebelumnya sudah sampai tetapi menunggu di bawah. Setelah semua solat Zuhur, kami semua berkumpul untuk mengikuti pengarahan dari Panitia yang diwakili oleh penanggung jawab acara Pak Isnan Santoso. Pak Isnan menyampaikan tentang peraturan saat Recognition, rundown acara, dan beberapa pengarahan. Peraturan saat itu adalah termasuk tidak diperbolehkan untuk berinteraksi dengan gadget. Jujur awalnya saya sangat keberatan. Tapi belakangan saya mengerti bahwa tidak merelakan gadget saya selama di gunung adalah keputusan yang benar.

Setelah pengarahan selesai kami mendirikan tenda dan mengikuti apel pembukaan. Pada saat apel Pembukaan, Pak Isnan selaku penanggung jawab acara memaparkan tujuan dari diadakannya acara Jingga Teacher Recognition. Setelah Apel selesai kami lalu memasak (Jungle Cooking) untuk makan siang (masih ada kelompok yang rupanya belum makan). Saat itu kami memilih menu yang mudah untuk disajikan. Kami hanya memasak nasi putih lalu meyajikannya dengan mie goreng dan orek tempe yang sudah kami bawa dari rumah. Setelah itu kami berkumpul. Kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Awalnya kami dipisah berdasarkan kelompok. Lalu berdasarkan kelas. Sampai kami berpasangan. Saat itu kami belum tahu apa maksud kami dipasangkan. Ternyata kami dipasangkan untuk saling menyuapi saat makan dengan menggunakan tangan.

Mungkin bagi sebagian orang melakukan hal ini adalah hal yang menjijikkan. Tapi ini adalah kegiatan yang menyenangkan. Bagi saya ini adalah momen yang lucu sekaligus menjadi momen yang indah. Tidak hanya saling menyuapi tapi kami juga saling berbagi. Setelah makan siang selesai kami membereskan bekas makan lalu bersiap untuk agenda berikutnya.

Setelah makan siang selesai panitia membimbing kami untuk melakukan sebuah study kasus. Kasus yang diberikan adalah tentang kecelakaan pesawat. Ada sebuah pesawat yang jatuh / kecelakaan di sebuah tempat yang sangat dingin. Beberapa benda tersisa dan masih dapat digunakan. Kami diminta untuk mengurutkan benda-benda tersebut sesuai dengan tingkat kepentingannya beserta alasan mengapa benda itu penting. Melalui study kasus ini kami belajar tentang memilih prioritas dan kebutuhan. Setelah study kasus selesai kami bersiap mengikuti Spirit Pump dari Pak Ari.

Seperti biasa, mendengarkan spirit pump dari Pak Ari serasa mencharge ulang semangat yang sempat kendur. Liburan telah tiba, aura bersantai dan bermalas-malasan dirasakan oleh semua Fasilitator. Pak Ari memberi semangat dan mengingatkan kembali kepada kita pentingnya menyelesaikan tugas sebelum beristirahat. Hal ini beliau umpamakan dengan menceritakan perjalanannya saat mendaki gunung. Saat sedang dalam perjalanan seringkali kita menemui hambatan, tantangan, dan rintangan. Rasa lelah, capek, dan ingin beristirahat pasti ada. Tapi disaat kita masih memiliki setumpuk tanggungjawab yang belum selesai beristirahat hanyalah akan menambah beban. Itu sama saja menunda keberhasilan kita. Saat kita mampu menunda kesenangan sesaat maka saat itulah keberhasilan akan dapat kita raih. Pak Ari juga menyampaikan tentang keyakinan. Dimana saat kita melakukan sesuatu dengan ragu-ragu dapat dipastikan hasil yang kita capai akan kurang memuaskan bahkan mungkin saja dapat mengecewakan. Apapun itu lakukanlah dengan keyakinan.

Setelah spirit pump selesai, kami shalat magrib berjamaah dijamak dengan shalat isya. Setelah itu kembali mempersiapkan makan malam. Saat makan malam, kami tidak lagi berpasangan dan suap-suapan. Melainkan menu makanan kami ditukar antar kelompok. Walaupun seperti itu, tetap saja makanan yang kami makan banyak jenisnya karena kami saling berbagi.

Setelah makan malam selesai, kami bersantai sejenak di lapangan tempat biasa kami berkumpul. Ada yang saling bercerita, ada yang saling pijat-pijatan dan lain sebagainya. Peluit berbunyi memanggil ketua kelompok. Kami akan melakukan games. Games kali ini adalah mencari sebuah barang yang hilang sesuai dengan klu atau petunjuk yang diberikan oleh ketua kelompok. Kami mendengarkan dengan seksama apa yang disampaikann oleh ketua seblum melakukan misi, yaitu menemukan benda yang dimaksud. Kelompok kami berhasil menemukan dua benda yang harus ditemukan dengan tepat waktu. Games ini mungkin terlihat sederhana, tapi apabila tidak mengikuti petunuk yang diberikan permainan akan terlihat sulit. Ini dibuktikan oleh kelompok lain yang tidak dapat menemukan benda yang dicari dengan alasan tidak mengetahui apa benda yang dimaksud. Usut punya usut kelompok tersebut tidak percaya dengan apa yang disampaikan oleh ketua kelompoknya.

Games ini mengajarkan kepada kami bahwa dalam sebuah organisasi kepercayaan kepada pemimpin sangatlah penting. Intruksi seorang pemimpin penting untuk diikuti demi kelancaran tuuan bersama. Sejatinya seorang pemimpin tidak akan menjerumuskan orang yang dipimpinnya. Jadi Apapun hal yang mereka putuskan pasti ada alasannya untuk kemaslahatan orang banyak. Adapun jika ada hal yang menjadi pertanyaan, sahsah saja kita bertanya asalkan sesuai dengan adab serta dengan cara yang baik dan sopan. Pentingnya percaya kepada pemimpin menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan sebuah organisasi. Setelah games ini selesai kami beristirahat. Sebelum kami beristirahat kami telah diberikan jadwal piket jaga. Kami beristirahat sesuai dengan jadwal piket jaga tersebut.

Waktu  menunjukkan pukul dua pagi. Sebagian besar anggota kelompok saya bangun untuk melaksanakan salat lail. Setelah itu kami bersiap untuk solat subuh berjamaah. Setelah solat subuh berjamah, Pak Isnan yang mengimami kami menyampaikan beberapa tauziah. Tauziah ini menurut saya adalah hal yang paling berkesan saat recognition. Pak Isnan menyampaikan kembali tujuan mengapa recognition ini diadakan. Momen ini saya pakai untuk merenung. Sambil mendengarkan tauziah saya mengintropeksi diri. Mengingat apa saja kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan. Pantas dan tidaknya hal itu dilakukan sebagai seorang fasilitator. Berkaitan dengan adab dan akhlak memang hanya orang lain yang bisa menilai, karena mereka lah yang melihat, bukan kita. Mungkin bagi sebagian orang apa yang mereka lakukan biasa saja, tapi bisa saja ternyata terlihat buruk di mata orang lain.

Begitu tauziah selesai kami bersiap untuk sarapan. Setelah itu kami melakukan pemanasan sebagai persiapan Tracking, acara inti, menuju Kawah Ratu. Satu hal yang ditekankan sejak awal, Puncak adalah Bonus, yang terpenting adalah kembali dengan selamat. Dengan membaca Bismillah akhirnya pendakian dimulai.

Sebelum pergi camping, saya sudah terlebih dahulu mencari tahu tentang Kawah ratu. Kawah ratu adalah sebuah kawah Vulkanik yang masih aktiv dan terletak di Gunung Salak. Yang menarik dari Kawah Ratu ini adalah Kawahnya berada di lereng gunung, bukan puncak gunung. Hal ini belakangan saya ketahui setelah sampai kesana. Saya kira kawah ratu adalah puncak. Ternyata bukan. Kawah Ratu adalah tujuan pendakian kami. Tapi bagi saya Kawah Ratu tetaplah puncak, puncak bagi kami para fasilkitator yang melakukan pendakian.

Dari arah gerbang pendakian, kami melalui jalan pendakian berbatu. Saat baru mulai saja sudah terlihat bahwa jalur yang kami lalui ini akan menembus hutan huajn tropis yang masih rapat. Kanan kiri kami dikelilingi pohon pinus, salak, cokelat dan lain sebagainya. Tak jarang kami melewati sungai kecil yang dangkal yang mengharuskan kami sedikit basah-basahan. Alhamdulillah, selama pendakian kami mendapat banyak bonus berupa jalanan landai. Kami pun tidak khawatir kehabisan air karena aliran sungai sepanjang perjalanan dapat dijadikan sumber air saat haus. Walau terdapat tanjakan, namun tanjakannya tidak begitu curam, masih bisa kami lewati. Mendekati pertengahan jalur kami berpapasan dengan beberapa anak SMA yang camping di sebelah camping ground kami. Sejak jam empat pagi mereka memang sudah memulai pendakian. Sehingga saat kami baru akan mencapai pertengahan jalur mereka sudah dalam perjalanan turun.

Setelah kurang lebih dua jam perjalanan, kami sampai di tengah-tengah pendakian. Salah satu teman kami mengalami kecelakaan. Ia terjatuh dua kali, dan saat ia jatuh untuk yang kedua kalinya ashmanya kambuh. Ia tidak bisa bernapas, dan sempat pingsan. Hal ini sempat membuat kami panik. Kami beristirahat sebentar di sana sambil menunggu kondisi teman kami pulih. Tapi rupanya Alloh berkehendak lain. Sampai saatnya kami harus melanjutkan perjalanan teman kami itu tidak bisa melanjutkan perjalanan. Sempat terjadi sedikit drama antar teman fasilitator. Tapi untungnya kami terbiasa dengan drama semacam itu sehingga tidak mengganggu fokus kami untuk melanjutkan perjalanan. Bukannya kami tidak peduli, tapi adakalanya suatu peristiwa memang harus terjadi sebagai bahan pelajaran untuk diambil hikmahnya. Saat itu saya berpikir, akan ada cerita , akan ada hikmah yang dapat dijadikan motivasi dari kejadian ini.

Setelah kami melanjutkan perjalanan, jalur yang dilalui alhamdulillah bisa kami lewati tanpa suatu halangan. Walau sempat terjadi beberapa kali hujan gerimis, tiba-tiba panas terik, mendung, gelap, berkabut lalu terang lagi, kami akhirnya sampai di Kawah Mati. Kawah mati ini adalah kawah yang sudah tidak aktif lagi. Dapat dilihat daerah sekitar kawah mati tersebut seperti namanya, mati. Tumbuhan menghitam seperti terbakar, tanah ke abu-abuan. Air sungai mengalir putih keabuan bekas vuilkanik dan belerang. Yang uniknya adalah, di tengah tengah ekosistem yang mati masih tumbuh beberapa lumut yang sangat hijau. MasyaAlloh sangat indah. Memang sangat kontras kelihatannya, tapi inilah kebesaran Alloh. Karena handpone dikumpulkan sejak awal acara, kami para peserta tidak sempat mengambil dokumentasi diri(baca: selfie). Jadi saat di kawah mati ini panitia memberi kelonggoran dengan boleh mengambil dokumentasi dengan meminjam HP milik Panitia. Saat itulah saya sadar, saya bisa sampai sejauh ini karena saya tidak memegang gadget. Mungkin bila saya memegang gadget saya adalah orang yang paling terakhir akan sampai, mengingat saya selalu gatal mengabadikan segala sesuatu dengan kamera hp saya.

Setelah puas berfoto ria, perjalanan kami lanjutkan kembali. Inilah tahap-tahap yang mendebarkan. Jarak antara kawah mati menuju kawah ratu sekitar 1km lagi. Asap sudah terlihat membumbung. Tapi jalur pendakian rupanya lumayan terjal. Saya tidak berhenti berkomat-kamit saat mendaki. Karena jalur pendakian ini cukup curam. Tetapi setelah melewati jalur ini alhamdulillah banyak jalur landai yang kami dapati. Yang berkesan bagi saya adalah, saat saya memasuki jalur pintu ke Kawah Ratu.  Mungkin sekitar 200 meter ke kawah. Saya melihat pepohonan di sekitar yang mati. Hitam seperti arah, bahkan ada sebagian yang berwarna abu-abu tanpa daun. Saat itulah saya melihat sebuah bunga yang indah. Bunga yang membuat jantung saya berdegup kencang. Bunga yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Bunga itu sederhana, tapi warnanya sangat mengagumkan. Warnanya jingga. Jingga terang, seperti baju seragam yang diberikan oleh sekolah. Seumur hidup saya belum pernah lihat bunga ini, namanya saja saya tidak tahu. Belakangan saya tahu bunga itu adalah bunga Lily Orange. Bunga ini dilambangkan sebagai ketulusan dan pengabdian. Rasanya perasaan hati saat tahu tentang makna bunga itu campur aduk rasanya. Saya bukannya sedang mendramatisir hal ini, tapi setelah kegalauan yang dilalui (yang saya tahu bukan Cuma saya yang merasakan hal ini) kepercayaaan yang diuji, keyakinan yang hampir goyah, Alloh mempertemukan saya dengan bunga ini mungkin sebagai pengingat untuk saya. Teringat saat itu tentang salah satu ayat alqur-an, “Segala puji bagi Alloh, Dia akan memperlihatkan kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lali dari apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Naml). Mungkin lewat perantara bunga ini Alloh berniat meneguhkan hati saya pada jalan yang telah saya pilih bersama Jingga.

Setelah melewati bunga tersebut, kami harus melewati jalur curam sekali lagi. Tapi kali ini jalur curam itu mengarah ke bawah, bukan ke atas. Setelah itu akhirnnya kami sampai pada Kawah Ratu. Alhamdulillah, saya diberi kesempatan oleh Alloh untuk bisa menyaksikan salah satu kebesaranNya. Itu adalah pertama kalinya saya menyaksikan sungai mendidih dengan penuh kepulan asap. Sebelumnya saya pernah menyaksikan sungai yang meletup-letup di telaga warna, tapi tidak seperti ini. Kami menyempatkan diri untuk berfoto ria mengabadikan keberadaan kami di sana. Duduk-duduk sambil mengunyah bekal cokelat seadanya. ohya, saya lupa menceritakan bahwa teman kami yang sempat terjatuh di tengah perjalanan akhirnya tidak dapat melanjutkan perjalanan dan harus turun ke bawah. Ia ditemani oleh ketua kelompok kami, adiknya, dan Pak Firdaus selaku penanggung jawab p3k.  Hal yang ironi saat itu adalah, bekal makan siang yang kami bawa berada di tas ketua kelompok kami, bu Santi. Tapi karena ia harus turun ke bawah, maka kami harus menahan lapar dan harus bersabar dengan berbagi cokelat (sekalian curcol ini ceritanya.. hehehe)

Sayangnya, kami tidak bisa berlama-lama di Kawah Ratu. Asap belerangnya sangat beracun. Bahkan beberapa teman yang sudah sampai di pintu pun banyak yang tidak berani tureun sampai ke bawah dan hanya puas menyaksikan dari jauh. Kami lalu melanjutkan perjalanan berikutnya untuk turun kembali ke Camping Ground. Saat perjalanan turun ini Saya berada di tim paling depan. Secara tidak sadar sebenarnya kami telah membagi tugas untuk saling menjaga dan mensuport beberapa kawan yang kami khawatirkan. Contohnya saja bu Nur yang selalu bersama Bu Teti. Bu Okta walaupun tidak sekelompok dengan Bu Shinta tapi sengaja berada di barisan belakang untuk bersama beliau. Sedangkan saya, saya mengawali Bu Siti Sarah. Sejak sebelum pendakian, bu Siti Sarah sempat mengatakan bahwa ia tidak bisa berjalan jauh. Jadi kami memprioritaskan beliau untuk berjalan di barisann depan. Perjalanan turun berbeda dengan perjalanan naik. Perjalanan turun kali ini saya rasakan auranya lebih santai ketimbang saat naik. Tapi rupanya baru seperempat perjalanan saya tidak bisa santai lagi. Karena harus mengawal bu Siti Sarah yang rupanya kuat berjalan stanpa beristirahat sampai di bawah(serius...., saya aja heran). Lewat pertengahan jalan kami bertemu pendaki lain yang mendirikan tenda di samping jalur pendakian. Pemandu kami memutuskan untuk menunggu rombongan lain. Saat itu kondisinya saya sedang menahan keinginan buang air kecil dan Sendal bu Siti Sarah lepas. Mau tidak mau saya menuruti keinginan bu Siti Sarah untuk melanjutkan perjalanan hanya berdua saja tanpa pemandu. Pemandu membiarkan kami dengan memberi intruksi jika kami ragu dnegan jalan yang akan dilalui kami cukup berhenti.disinilah mulai terjadi beberapa hal yang lucu.

Sejak kami berpisah dengan pemandu kami beberapa kali berhenti untuk memilih jalan. Ada beberapa cabang jalan yang memang harus kami pilih. Tapi karena jalurnya lurus sejak kami mendaki kami belum menemui kesulitan. Sampai pada saat saya akhirnya harus berhenti untuk beristirahat sedangkan bu Sarah yang berada di depan saya terus berjalan karena saya tidak memberi tahu bahwa saya ingin beristirahat. Saya terus menyaksikan bu Siti Sarah dari jauh sampai hampir tidak terlihat karena akan melalui persimpangan lagi. Saat itulah saya mengejar bu Siti Sarah. Saat mengetahui saya berjalan agak terburu-buru di belakangnya, diamenoleh ke belakang. dia meenanyakan kepada saya untuk memilih jalan. Saya mengikuti i9nsting saya untuk memilih jalan yang bagian kiri berhubung sebelah kanan adalah sungai. Hal yang lucu terfjadi, bu Siti Sarah menanyakan suatu pertanyaan yang smapai saat ini jika saya mengingatnya saya akan tertawa. “Ini Bu Erna beneran kan?” saya lantas tertawa spontan. Saya menjawab,”Bukan, ini bukan bu Erna,”. Rupanya sebelum dia mendaki dia sempat mendengar beberapa cerita tentang setan gunug yang akan menyamar menjadi teman kita untuk emberi arah yang salah. Tidak lama setelah itu pemandu kami menyusul, rupanya kelompok lain belum muncul juga. Dan ia juga mengkhawatirkan kami yang hanya berdua.

Semakin dekat dengan arena camping kami melewati Curug Sembunyi. Saya bartanya kepada pemandu apakah ada air terjun disitu. Pemandu mengatakan emmabg disitu ada air terjunnya. Kami sepakat untuk menunggu kelompok lain disitu. Saya memuasakan keinginan untuk berenang tepat di bawah air terjun. Karena airnya sangat dingin, saya tidak berlama-lama disitu lalu melanjutkan perjalanan. Pukul dua siang kami sampai di camping Ground. Saya langsung mandi, berganti baju lalu solat zuhur dan asyar dengan menjamak.

Sambil menunggu teman-teman lain yang belum tiba, saya memasak nasi dan makan cemilan seadanya. mendekati waktu magrib barulah satu persatu teman-teman datang mengakhiri pendakiannya. Tidak ada intruksi saat itu, kami secara mandiri mempersiapkan diri untuk solat magrib, lalu makan malam. Pak Firdaus terlihat menyiapkan kayu untuk api unggun.

Setelah salat magrib dan makan bersama, acara dilanjutkan dengan bercengkrama mengelilingi api unggun. Pak Isnan selaku penanggungjawab memimpin acara ini. Kami secara bergantian menyampaikan kesan-kesan dan hikmah yang dapat kami petik dari kegiatan pendakian hari ini. Saya pribadi lumayan menahan diri dan banyak merenung saat pendakian. Pak Isnan menyebutkan saya kalem hari ini. Dalam hati saya berdoa semoga kalemnya bisa seterusnya ya pak, namanya juga usaha. (hehehe.) Malam kami tutup dengan beristirahat.

Esok harinya seperti biasa kami bangun untuk melaksanakn solat lail, lalu bersiap solat subuh berjamaah. Setelah itu memasak dan sarapan bersama. Tidak ada apel penutupan, kami hanya berkumpul sambil mendengarkan beberapa insight dari Pak Isnan. Acara ditutup. Tenda-tenda dibereskan, Carier kembali penuh dnegan baju-baju. Ritual selanjutnya adalah foto-foto. Perjalanan pulang berlangsung lancar tanpa hambatan. Saya memuaskan hasrat untuk makan soto mie bogor sebelum pulang. Beberapa teman yang ngebet ingin makan nasi padang p[un menunaikan keinginannya. Pengalaman Recognition tahun ini luar biasa. Semoga kami bisa mengambil insight, hikmah, dan pelajaran dari kegiatan ini. Semoga kami semua dapat berubah menjadi lebih baik. Semoga kita semua bisa mengikuti Recognition berikutnya. Dengan tempat yang lebih menantang dan acara yang lebih menarik.

Sekian.


0 komentar:

Posting Komentar

 

Erna Cahaya Template by Ipietoon Cute Blog Design