Rabu, 24 Oktober 2012

Dari 1000 orang, 999 masuk neraka???

BISMILLAH..

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Allah berfirman: “Wahai Adam!” maka ia menjawab: “Labbaik wa sa’daik” kemudian Allah berfirman: “Keluarkanlah dari keturunanmu ahli neraka!” maka Adam bertanya: “Ya Rabb, apakah ahli neraka itu?” Allah berfirman: “Dari setiap 1000 orang, 999 di neraka dan hanya 1 orang yang masuk surga.” Maka ketika itu para sahabat yang mendengar bergemuruh membicarakan hal tersebut. Mereka bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah di antara kami yang menjadi satu orang tersebut?” Maka beliau bersabda: “Bergembiralah, karena kalian berada di d…alam dua umat, tidaklah umat tersebut berbaur dengan umat yang lain melainkan akan memperbanyaknya, yaitu Ya’juj dan Ma’juj. Pada lafaz yang lain: “Dan tidaklah posisi kalian di antara manusia melainkan seperti rambut putih di kulit sapi yang hitam, atau seperti rambut hitam di kulit sapi yang putih.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sebenarnya, bukan jaminan bahwa orang yg mengucapkan kalimat syahadat bisa masuk surga. Begitu juga bukan jaminan orang yang ‘mengaku’ Ahlus Sunnah atau Salafi bisa masuk surga. Karena sesungguhnya, masuk surganya seseorang itu tidak lain adalah karena Karunia dan Rahmat Allah semata, bukan karena amalan2 baiknya. Bisa jadi seseorang yg ‘mengaku’ Ahlus Sunnah atau Salafi dan byk beramal kebaikan tapi dimasukkan ke neraka oleh Allah, jika Allah menghendakinya, dan Allah tidak menerima amalan2nya serta tidak mengampuni dosa2nya. Sedangkan orang yang banyak dosa2 dan kemaksiatan atau kebid’ahan (selama yg dilakukannya bukan perbuatan syirik yg mengeluarkan dia dari agama) maka bisa saja Allah masukkan ke surga, jika Dia menghendaki, Dia mengampuni seluruh dosa2nya dan menerima amalan2nya. Bukankah para Salaf atau sahabat Nabi sudah dijamin surga oleh Allah, bahkan mereka diatas manhaj yg haq ini, lantas kenapa mereka semua tidak mengetahui dimana tempatnya di akhirat kelak, di surga atau di neraka? bahkan mereka selalu ketakutan sepanjang hidupnya jika tempatnya kelak adalah di neraka. Wallahu a’lam.
Hal itu sebagaimana ditegaskan Allah Subhanahu wa Ta’ala : “…Sekirannya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan yang keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan apa yang dikehendaki-Nya…” (QS. An Nur : 21).
“…dan mereka berkata : Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (jannah) ini, dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk..” (QS. Al A’raaf : 43). (Lihat kitab Aqidatu As Salaf Ashabul Hadits, oleh Syaikhul Islam Abu Isma’il ‘Abdurrahman bin Isma’il Ash Shabuni, dalam Bab “Engkau Tak Akan Dimasukkan Ke Dalam Jannah Hanya Karena Amal Perbuatanmu”, Edisi Terjemahan).
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Tidak ada satu jiwapun dari kalian melainkan telah diketahui tempatnya, baik di surga atau di neraka.” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, lalu untuk apa kita beramal? Mengapa kita tidak pasrah saja?” Beliau menjawab, “Tidak, tapi beramallah! Karena setiap orang telah dimudahkan kepada apa yang telah ditakdirkan untuknya.” (HR: Bukhari, (VII/212) dan Muslim, (VIII/47, no. 2647).
Hadits ini adalah sebagai dalil dari apa yang telah disebutkan tadi. Ia menunjukkan bahwa manusia itu diberi pilihan , yaitu berdasarkan sabdanya: “Beramallah!” Serta menunjukkan bahwa dalam pilihannya tersebut ia tidak keluar dari ketentuan Allah, berdasarkan sabdanya: “Karena setiap orang telah dimudahkan kepada apa yang ditakdirkan untuknya.” (Lihat kitab Al Iman bil Qadha’ wal Qadar, oleh Muhammad bin Ibrahim al Hamd).
Mereka (Ahlu Sunah wal Jama’ah) meyakini bahwa Surga tidak wajib untuk seseorang meskipun amalnya baik, kecuali jika Allah meliputinya dengan karunia-Nya lalu ia memasukinya dengan rahmat-Nya. (Lihat Surat An Nur : 21 diatas).
Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Tidak ada seorangpun yang dimasukkan ke dalam surga oleh amalnya.” Ditanyakan, “Tidak juga engkau, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Tidak juga aku, kecuali Rabb-ku meliputiku dengan rahmat-Nya.” (HR: Muslim no. 2816 (72), Shahih al Bukhari no. 5673 dan takhrij Syaikh al Albani dalam ash Shahiihah no. 2602).
Ahlu Sunah tidak memastikan adzab bagi setiap orang yang memperoleh ancaman –selain perkara yang menyebabkan kufur-. Karena mungkin Allah akan mengampuninya dengan sebab ketaatan-ketaatan yang dilakukannya, dengan taubat atau musibah-musiba…h dan penyakit-penyakit yang bisa menghapuskan dosa-dosa. Allah Ta’ala berfirman: “Katakanlah, ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53).
Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ketika seseorang berjalan di suatu jalan, ia menjumpai ranting berduri di atas jalanan lalu ia menyingkirkannya, maka Allah memujinya lalu mengampuninya.” (HR: Bukhari).
(Lihat kitab Al Wajiz fii ‘Aqidatis Salafish Shalih Ahlis Sunnah wal Jama’ah, oleh Abdullah bin ‘Abdil Hamid al Atsari).
Dalam kitab ‘Aqidah Ath Thahawiyah Syarah wa Ta’liq, oleh Muhammad Nashiruddin Al Albani, di point ke 59 disebutkan: “Kita berharap kepada Allah mengampuni dosa orang-orang mukmin yang berbuat baik dan memasukkan mereka ke dalam surga dengan rahmat-Nya. Kita tidak beranggapan bahwa mereka aman dari siksa Allah, dan kita juga tidak bisa memastikan bahwa mereka pasti masuk surga. Kita memohonkan ampun bagi orang-orang Islam yang melakukan dosa dan kita juga mengkhawatirkan diri mereka akan tertimpa adzab. Namun kita tidak berputus asa untuk meminta ampunan Allah untuk mereka.” Syarah: Salah seorang pemberi syarah kitab ini, Ibnu Mani’ berkata, “Ketahuilah, yang menjadi ketetapan Ahlu Sunnah wal Jama’ah adalah bahwa mereka tidak bisa memastikan seorang pun diantara kaum muslimin masuk surga atau masuk neraka, kecuali orang-orang yang telah mendapat jaminan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam.Akan tetapi Ahlu Sunnah wal Jama’ah berharap agar orang-orang yang melakukan kebaikan (mendapatkan surga) dan orang-orang yang melakukan kejelekan (tidak masuk neraka). Dengan adanya ketetapan diatas, kita tahu, tatkala ada seorang alim, pemimpin, raja, atau yang lainnya berkata tentang seseorang, “Dia diampuni atau dia penghuni surga.” Lalu dipahami oleh kebanyakan orang dia diampuni oleh Allah, tidak diragukan lagi itu adalah berkata atas nama Allah tanpa dasar ilmu. Mengatakan sesuatu atas nama Allah tanpa dasar ilmu serupa dengan tindak kesyirikan.
Point 60 : “Rasa aman dari Ancaman Allah dan berputus asa dari ampunan-Nya adalah dua perbuatan yang dapat mengeluarkan seseorang dari Islam. Sikap yang benar adalah tengah-tengah diantara kedua sikap tersebut.”
Point 68 : “Para pelaku dosa besar (dari kalangan umat Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam) berada dalam neraka, namun mereka tidak kekal di dalamnya. Bila mereka meninggal dalam keadaan bertauhid, sementara mereka tidak bertaubat dari perbuatan dosa-dosa besar hingga matinya, namun mereka dalam keadaan beriman, maka nasib mereka berada dalam kehendak dan kebijaksanaan Allah; jika Allah menghendaki, dengan kebijaksanaan-Nya Dia akan mengampuni dan memaafkan dosa mereka sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya: ‘Dan Dia akan mengampuni dosa selain dosa syirik bagi siapa yang dikehendakinya.’ Bila Allah menghendaki, Dia akan mengadzab mereka di neraka sesuai keadilan-Nya. Kemudian Allah akan mengeluarkan mereka dari neraka karena sifat kasih-Nya dank arena adanya syafaat dari orang-orang yang taat, selanjutnnya memasukkan mereka kedalam surga. Hal itu karena Allah Ta’ala mencintai orang-orang yang mengenal-Nya. Dia tidak akan memperlakukan mereka di dunia dan di akhirat sebagaimana memperlakukan orang-orang yang tidak mengenal-Nya. Yaitu orang-orang yang tidak mau mengikuti petunjuk-Nya dan tidak mengharap kecintaan-Nya. Wahai Allah, Pemelihara dan Pemilik Islam, teguhkan kami dalam memeluk agama Islam sehingga kami bisa berjumpa dengan Engkau.”
Point 70 : “Kita tidak boleh memastikan seseorang dari mereka masuk surga atau masuk neraka. Kita juga tidak boleh menetapkan seseorang itu kafir, musyrik atau munafik sebelum kita melihat adanya bukti yang jelas. Kita memasrahkan masalah isi hati mereka kepada Allah Ta’ala.”
(Lihat Kitab ‘Aqidah Ath Thahawiyah Syarah wa Ta’liq, oleh Muhammad Nashiruddin Al Albani).
Sumber: http://gizanherbal.wordpress.com/2011/06/02/perbandingan-penghuni-neraka-dengan-penghuni-surga-adalah-1000-1/

nduk'NHA

0 komentar:

Posting Komentar

 

Erna Cahaya Template by Ipietoon Cute Blog Design