Kamis, 09 Juli 2015

Different… Not Less!

Bismillah,

Setelah sekian lama tenggelam dalam kesibukan dunia yang tak berujung akhirnya saya bisa menulis lagi. Well, sebenarnya tangan ini udah gak sabar pengen ngebelai-belai si Axioo yang udah lama gak dipake buat ngetik. Tapi Qodar Alloh, si Axioo drop kondisi badannya sejak sampai di Curug. Setiap kepanasan ia akan mati sendiri dan gak akan bisa nyala lagi sebelum tubuhnya dingin. Hiks, emang kayaknya udah waktunya pensiun itu si Axioo.

Well, sekian lah basa-basinya. Baca judul di atas pasti bertanya-tanya.

Different, not less .

Berbeda, tidak berkekurangan.


Kalimat ini saya temui pada film Temple Grandin dan  kalimat ini sukses menancap dalam pikiran saya setelah menonton sebuah film biografi milik Temple  Grandin. Temple Grandin adalah seorang Autism. Dalam filmnya diceritakan tentang perjalalanan hidupnya yang sangat inspiratif. Temple Grandin lahir di Boston, Massachusetts pada 29 Agustus 1947. Sebelum didiagnosis mengidap autis pada 1950, awalnya Grandin didiagnosis mengidap kerusakan otak ketika berusia dua tahun.  Ia tidak dapat berbicara sampai umurnya menginjak 4tahun. Saat inilah akhirnya ia didiagnosa terkena autisme.

Film ini menjabarkan tentang bagaimana cara berpikir Temple Granden yang seorang Autism. Ia melihat hal-hal disekitarnya dengan cara yang berbeda. Orang-orang disekitarnya tidak dapat mengerti apa yang ia pikirkan. Sebagai pendidik yang menarik bagi saya adalah bagaimana orang-orang terdekat Temple berperan banyak dalam pendidikannya.

Autism adalah istilah yang merujuk pada sekumpulan gangguan perkembangan yang mempengaruhi otak. Gangguan pada otak ini mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, dan merespon dunia luar dengan baik.

Seperti dalam film, para Autism sering disalahpahami, dan dianggap sibuk dengan dunianya sendiri. Mereka gemar melakukan hal-hal yang absurd secara berulang-ulang, dan sering mengalami serangan kecemasan.

Seperti yang di alami Temple yang digambarkan dalam film, Ia sering memperhatikan hal-hal yang tidak banyak dipedulikan orang dan membayangkan hal kompleks hanya dengan memperhatikan sesuatu yang sederhana. Contohnya saja saat ia mengulangi berkali-kali membuka dan menutup pintu gerbang. Ternyata saat itu ia menghitung kecepatan laju gerak pagar, dan bagaimana caranya agar pagar tersebut bisa terbuka tanpa perlu ada yang repot-repot mendorongnya. Dari hal yang sederhana itu ia dapat menciptakan alat baru yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain membuatnya.
Yang perlu kita lakukan saat menghadapi mereka di saat seperti ini adalah mengikuti dan membiarkan mereka mengekspresikan apa yang mereka pikirkan seperti yang dilakukan bibi dan ibu Temple.

Menghadapi seorang Autism haruslah penuh kesabaran. Dalam film ini diperlihatkan bagaimana Ibu Temple yang sangat sabar terus menerus mendampingi dan memotivasi Temple dan tidak membedakannya seakan-akan ia bukan seorang Autism. Ternyata hal ini berpengaruh baik padanya. Walaupun dengan segala perbedaan yang ia punya, Temple dapat berinteraksi dengan orang lain, dan dapat berkomunikasi dengan baik. Berbeda dengan situasi Temple, kebanyakan orangtua para Autism terlalu memanjakan anak-anaknya. Hal ini menyebabkan mereka lebih rentan.

Selain keluarga, guru pun memegang peranan penting dalam pendidikan seorang anak Autism. Seperti halnya Temple. Beruntungnya ia memiliki guru yang sangat memahami pola pikirnya, Dr. Carlock. Di sekolahnya Temple dianggap bodoh karena tidak dapat menghitung aljabar dan tidak bisa mempelajari bahasa. Dr. Carlock inilah yang membantu membuat semua teman-teman gurunya paham bahwa Temple tidak bodoh, ia hanya berpikir dengan cara yang berbeda. Temple yang memiliki pola pikir secara Visual tentu saja tidak dapat memahami hal-hal yang sulit digambarkan seperti bahasa dan matematika. Untuk itulah pentingnya guru sebagai fasilitator mendampingi, memahami, dan membantu kebutuhan mereka yang berbeda dari anak-anak lainnya. 

Pada akhirnya, kombinasi pendidikan yang baik antara orangtua dan guru diperlukan untuk mencapai keberhasilan anak Autism. Karena sesungguhnya seperti apapun kondisi mereka, mereka memiliki hak untuk mendapat pendidikan.


يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ............
Artinya :”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan.”(QS.Al-Mujadalah:11)
 
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ -
خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ -
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ -
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ -
عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ -

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(Al-Alaq

Sekali lagi mereka hanya berbeda, bukan memiliki kekurangan. 


nduk'NHA
 

Erna Cahaya Template by Ipietoon Cute Blog Design